Retemena Barasehe!
Pertengahan tahun 2016, kami menuju Pulau Buru yang terletak di Provinsi Maluku. Perjalanan kali ini dalam rangka pekerjaan, hanya saya bercitarasa liburan. Lagipula tidak ada salahnya kalau Pulau Buru lantas menjadi destinasi liburan di Indonesia. Kabupaten Buru yang terletak di Pulau Buru beribukotakan Namlea dan secara administratif geografis di bagian utara berbatasan dengan Laut Seram, di bagian selatan berbatasan dengan Laut Banda, di bagian timur berbatasan dengan Selat Manipa dan di bagian barat berbatasan dengan Laut Buru.
Bumi Maluku tampak dari Ketinggian (dok: pribadi) |
Berdasarkan informasi, di zaman pendudukan Jepang tepatnya pada Perang Dunia ke – 2, Namlea pernah dijadikan sebagai pangkalan transit pesawat tempur Jepang sehingga wilayah Buru memegang posisi penting dalam pertahanan dan keamanan. Pada awal pemerintahan orde baru pun Buru ditetapkan sebagai camp tahanan politik. Wilayah ini kemudian dikembangkan menjadi daerah transmigrasi karena tanahnya cocok untuk lahan pertanian sehingga Buru juga dikenal sebagai daerah penghasil beras di Maluku.
Kami beruntung berkesempatan menyaksikan secara langsung bagaimana suasana kondusif yang tercipta di Buru saat ini lengkap dengan lahan pertanian dan bercocok tanam yang tertata. Barangkali sangat berbeda jauh dengan kegetiran pada beberapa waktu yang silam ketika Buru kerap dijadikan “tempat buangan” para tahanan politik saat itu.
Kabupaten Buru pada mulanya merupakan bagian dari Kabupaten Maluku Tengah hingga pada tanggal 12 Oktober tahun 1999 dimekarkan sebagai kabupaten baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.46/1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Lalu, pada tahun 2008 Kabupaten Buru kembali dimekarkan menjadi 2 kabupaten seiring dengan dikeluarkannya UU No.32/2008 tentang Pembentukan Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Maluku Barat Daya.
Alkisah, berdasarkan kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat dari aspek sosial budaya, diketahui bahwa suku asli Pulau Buru ialah suku Alifuru yang menyebut dri mereka masyarakat Bumilale (Bumi: tanah; dan Lale: besar yang menunjuk pada arti hidup). Istilah ini mengandung makna sakral dan mendalam. Menurut kepercayaan suku ini, leluhur dipercaya sebagai Tuhan yang tinggal di Gunung Date dan Danau Rana. Sehingga kedua tempat tersebut dianggap suci dan sakral serta seringkali dijadikan pusat pemujaan bagi leluhur masyarakat.
Gunung Date dan Danau Rana juga dipercaya sebagai tempat asal manusia pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Buru. Mereka ialah para leluhur yang dalam mitos dilambangkan dengan burung berbulu putih. Berdasarkan kepercayaan masyarakat, burung mistis ini dianggap sebagai arwah para leluhur dan selalu muncul dalam setiap prosesi adat yang diselenggarakan di Danau Rana dan Gunung Date. Kehadiran burung ini merupakan wujud representasi dari arwah leluhur yang dipercaya dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam perayaan tersebut.
Danau Rana lantas dijadikan salah satu obyek wisata alam yang merupakan danau sakral yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Kendati demikian danau dengan panorama indah ini didiami oleh suku Rana yang masih mempertahankan kultur tradisionalnya. Sayangnya kami tidak sempat menginjakkan kaki disana karena waktu tempuh dan medan yang berat yang perlu dilalui hingga berhari-hari lamanya. Alhasil, kami mengunjungi wisata alam Pantai Jikumarasa, yaitu pantai berpasir putih dengan panorama alam yang indah. Pantai ini merupakan tempat yang cocok untuk berenang.
Pantai Jikumarasa di Pulau Buru (dok: pribadi) |
Buru memang kaya akan sumber daya alam, diantaranya tanaman pangan dan hortikultura yang merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam. Komoditas perikanannya juga tidak kalah potensial untuk lebih dikembangkan. Mengingat wilayah ini dikelilingi oleh laut serta letak geografis yang strategis dan kekayaan alam laut yang berlimpah.
Fyi, perikanan laut merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Buru dengan berbagai jenis ikan diantaranya ikan cakalang, tuna, tongkol, julung-julung, kembung, ekor kuning, kakap merah, kerapu, teri, tembang, layang, selar, kapas-kapas, udang barong, kepiting, teripang dan lain sebagainya. Potensi bahan galian C semisal batu pecah, batu gunung, batu karang, pasir pasangan, pasir uruk, sirtu, tanah uruk, kerikil dan batu kali juga merupakan komoditi unggulan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pst, ada satu kekhasan Buru yang perlu kalian ketahui yaitu tentang: PRODUKSI MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL. Ya, kabupaten ini merupakan produsen minyak kayu putih tradisional yang cukup tersohor. Buru memang terkenal sebagai penghasil minyak kayu putih dan uniknya pengolahan minyak kayu putih di pulau ini masih menggunakan peralatan tradisional yang disebut “ketel”.
Daun kayu putih (dok: pribadi) |
Ketel merupakan tempat penyulingan kayu putih (dok: pribadi) |
Sejatinya lokasi pengolahan minyak kayu putih berupa penyulingan minyak kayu putih dengan “ketel” ini dapat menjadi sebuah tujuan tempat wisata perdesaan yang sangat menarik dan potensial bila dikembangkan lebih lanjut. Pasalnya daun kayu putih tersebut benar-benar disuling secara tradisional menjadi kayu putih dan aktivitas ini banyak dikerjakan oleh warga Kabupaten Buru. Adapun tradisi pengolahan tersebut tetap dilakukan secara turun temurun dan minyak kayu putih kerap menjadi komoditas andalan.
Demikianlah catatan singkat perkalanan di Pulau Buru, pulau yang menyimpan ragam keunikan dan kisah masa lalu yang patut untuk dikenang. Adapun berikut merupakan info tentang jalur, akomodasi maupun restoran/rumah makan yang tersedia di Pulau Buru:
Jalur Laut:
- Kapal Cantika 88 (setiap hari)
- Kapal Cantika 99 (setiap hari)
- Ferry Temi (setiap hari)
- Ferry Wayangan (setiap hari)
Akomodasi:
Restoran/Rumah Makan:
- Restoran Citrawangi
- RM. Rajawali
- RM. Roda Baru
- RM. Dewi
- RM. Ayah
Fyi, HIS Travel Indonesia selaku pelopor travel perjalanan wisata dalam maupun luar negeri juga menyediakan paket wisata domestik yang dapat menjadi alternatif pilihan menghabiskan liburan bersama orang-orang tersayang terutama menjelang tahun baru. Silahkan cek disini. Dijamin memuaskan, selain karena harga yang terjangkau, pelayanannya pun sangat ramah. Untuk urusan hotel maupun penginapan juga tidak perlu bingung, karena HIS Travel Indonesia juga menyediakan situs Hoterip yang merupakan situs pemesanan hotel di Indonesia yang terlengkap dan termurah.
Dengan ragam kemudahan yang ditawarkan oleh HIS Travel Indonesia tersebut, saya menjadi tidak sabar untuk memulai liburan di pergantian semester pada bulan Februari mendatang, In Shaa Allah rencananya saya ingin menghabiskan masa liburan di Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Saya ingin mengunjungi Taman Nasional Bunaken, makan pisang goreng sambil "colo-colo" sambal dabu-dabu rica di pinggir pantai Malalayang, santai sore di Kawasan Megamas Boulevard Manado sembari menikmati sunset, belanja di pusat kota "45" kota Manado dan lain sebagainya.
Cat: tulisan diikutsertakan dalam blog competition oleh HIS Travel Indonesia
Salam kenal dari Namlea..P.Buru
BalasHapus