Bogor acapkali dijadikan “tersangka” biang kerok atas terjadinya banjir di Jakarta apalagi ketika musim penghujan tiba. Dalam kesempatan yang baik ini saya bukan bermaksud hati melakukan pembelaan diri atas beragam tudingan tersebut hanya karena saya berdomisili di Bogor. Melainkan saya ingin berbagi apa saja upaya yang telah dilakukan oleh kami selaku bagian dari masyarakat Bogor terutama dalam berusaha berkontribusi memulihkan kondisi Bogor guna menjaga ketersediaan air di Jakarta.
Pada 2013 silam, saya bersama rekan-rekan mahasiswa Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Pascasarjana IPB Bogor melakukan fieldtrip ke wilayah Puncak Bogor tepatnya ke Tugu utara dan Tugu selatan guna mengamati sekilas perkembangan tata ruang pasca pembongkaran villa ilegal di wilayah tersebut. Pasalnya, bangunan liar tersebut diduga menyalahi aturan Rencana Tata Ruang dan berdampak signifikan terhadap resapan air di wilayah tersebut. Kondisi yang ada lantas dipulihkan kembali atau istilah kerennya restorasi.
Tidak hanya melakukan kunjungan lapang, saya bersama rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB Bogor pun tergerak untuk melakukan penanaman pohon di Hutan Organik Megamendung yang terletak di Puncak Bogor. Kami meyakini bahwa kontribusi kecil kami In Shaa Allah akan memberikan dampak yang besar, mungkin tidak sekarang tapi nanti.
HIMAWIPA IPB Bogor melakukan penanaman pohon di hutan organik Megamendung Bogor (dok: pribadi) |
Kepemilikan hutan organik ini dimiliki secara pribadi oleh Pak Bambang Istiawan dan Ibu Rosita. Beliau berdua merupakan pegiat lingkungan yang memiliki kontribusi besar terhadap pelestarian lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa Hutan organik Megamendung menjadi salah satu pelopor pelestarian lingkungan terutamanya sumber daya air di Bogor dan sekitarnya. Melalui upaya-upaya pemulihan yang dilakukan diharapkan sumber daya air di Bogor menjadi terjaga dan Jakarta tidak lagi mendapat “kiriman” yang tidak diharapkan. Upaya ini merupakan salah satu bentuk partisipasi gerakan dinamika masyarakat.
Upaya sederhana yang dilakukan ini sekiranya dapat membuka mata hati orang-orang yang kerap nyinyir dengan banjir di Jakarta. Memang sih, mudah sekali menyalahkan orang lain tanpa mencoba introspeksi diri sendiri terlebih dahulu. Sigh!
Jujur saja ya, sudah semenjak lama tepatnya sejak tahun 90-an semasa saya duduk di bangku Sekolah Dasar, santer beredar kabar bahwa “Jakarta akan tenggelam” dikarenakan air tanahnya mulai terkikis habis.
Kekhawatiran semacam itu tentunya menuntut tindak lanjut sehingga perlu ada penyelamatan dini terhadap Jakarta, Ibukota Negara. Buktinya, berdasarkan pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2015 silam telah direncanakan pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir 284,3 km dengan sebaran lokasi diantaranya di Jakarta.
Disadari bahwa permasalahan kapasitas infrastruktur pengendali banjir dan genangan yang kita miliki memang masih rendah sehingga belum mampu mengimbangi peningkatan intensitas aliran permukaan di kawasan strategis dan perkotaan. Belum lagi ditambah dengan persoalan perubahan eksplorasi tata guna lahan pada Daerah Aliran Sungai yang tidak dimbangi konservasi dan perubahan pola dan intensitas curah hujan yang diperparah dengan buruknya kondisi drainase makro mikro serta semakin meningkatnya pembuangan sampah ke badan sungai telah meningkatkan kerawanan daya rusak air di berbagai wilayah di Indonesia tak terkecuali Jakarta.
Pemerintah sendiri telah merumuskan ragam kebijakan dalam rangka menjamin dan meningkatkan ketahanan air untuk mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik kebijakan pengelolaan sumber daya air diantaranya yaitu: Pemeliharaan dan pemulihan sumber air dan ekosistemnya; Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat; Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif; Peningkatan ketangguhan masyarakat dalam mengurangi risiko daya rusak air termasuk perubahan iklim; dan Peningkatan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan dan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air yang terpadu, efektif, efisien dan berkelanjutan termasuk peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses terhadap data dan informasi.
Perlu diakui bahwa permasalahan sumber daya air kita tidak sekedar tentang banjir dan genangan melainkan kapasitas tampung per kapita dan cakupan layanan air baku yang masih rendah. Dengan kapasitas tampung sebesar 50 m3/kapita, angka ini masih sangat jauh dari kapasitas tampung ideal 1975 m3/kapita. Kita jauh dibawah kapasitas negara tetangga Thailand yang mencapai 1277 m3/kapita, Australia bahkan memiliki kapasitas tampung sebesar 4217 m3/kapita. Sedangkan kebutuhan untuk penyediaan air bersih, dukungan layanan air baku saat ini baru mencapai 51,4 m3/detik atau baru dapat melayani 66,4 persen dari kebutuhan masyarakat. Kondisi tersebut pada akhirnya memicu eksplorasi air tanah yang berlebihan sehingga membawa dampak terjadinya penurunan muka tanah di beberapa daerah seperti di pesisir utara Jakarta.
Hingga pada awal tahun 2016, saya berkesempatan melakukan site visit ke PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) yang berlokasi di Pejompongan dan meninjau langsung proses pengolahan air yang akan didistribusikan ke beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya.
Air yang diperoleh lalu ditampung dan diolah di bak penampungan khusus sebelum didistribusikan kepada masyarakat. PALYJA sendiri memang bertugas untuk meningkatkan penyediaan dan pelayanan air bersih kepada masyarakat Jakarta. PALYJA pun telah 25 tahun bekerjasama dengan PAM Jaya.
pejompongan water treatmant PALYJA (dok: pribadi) |
siklus air bersih (dok: pribadi) |
bak penampungan (dok: pribadi) |
air yang tampak kotor ini dibeli oleh PALYJA untuk diolah kembali (dok: pribadi) |
saluran penyaluran air (dok: pribadi) |
Fyi, kedalaman air di accelator mencapai 5 meter, hal ini berdasarkan informasi dari bagian produksi IPA Pejompongan 1. Selanjutnya, kami pun beranjak masuk ke dalam ruangan pompa distribusi yang sangat bising karena tingkat kebisingannya mencapai 90 - 95 dBA sehingga sangat disarankan untuk mengenakan penutup telinga ketika memasuki ruangan ini.
dok: pribadi |
Kami memperoleh informasi bahwa proses pengolahan air agar layak dikonsumsi menggunakan senyawa semisal Koagulan utama berupa Aluminium chloro hidrat serta Potassium permanganate. Tampilannya seperti tampak pada gambar di bawah ini:
koagulan utama (dok: pribadi) |
potassium permanganate (dok: pribadi) |
Setelah puas meninjau lokasi bak penampungan, kami berkesempatan memasuki ruang kendali kontrol dan melihat lebih dekat bagaimana proses kerja pendistribusian air yang dilakukan oleh PALYJA kepada masyarakat Jakarta.
ruang kontrol dan kendali distribusi air (dok: pribadi) |
analisis perlakuan air (dok: pribadi) |
area yang terlayani distribusi air (dok: pribadi) |
Pada akhirnya, berangkat dari visi, misi dan nilai-nilai utama yang dipegang teguh menjadikan seseorang atau pihak tertentu merasa berkepentingan dan perlu untuk ikut serta dan turut andil mengentaskan permasalahan yang ada guna berkontribusi dan menunjukkan kepedulian. Sama halnya dengan upaya kecil nan sederhana yang telah dilakukan selama ini. Minimal dimulai dari menemukenali permasalahan dan mencari solusi penyelesaian.
Hmm, mungkin kini saatnya menjadi seorang yang KEPO alias Knowing Every Particular Object tidak ada salahnya karena hal tersebut toh menunjukkan kepedulian kita terhadap air di Jakarta. Seperti #PAMJayaQuotes berikut ini, bahwa tetaplah selalu berupaya melakukan hal-hal yang berimbas baik pada kehidupan. Semoga bermanfaat.
Hmm, mungkin kini saatnya menjadi seorang yang KEPO alias Knowing Every Particular Object tidak ada salahnya karena hal tersebut toh menunjukkan kepedulian kita terhadap air di Jakarta. Seperti #PAMJayaQuotes berikut ini, bahwa tetaplah selalu berupaya melakukan hal-hal yang berimbas baik pada kehidupan. Semoga bermanfaat.
dok: twitter @pamjaya_id |
Profil singkat:
- Nama: Yesi Hendriani Supartoyo, MSi
- Tempat tinggal: Dramaga, Bogor – Jawa Barat 16680
- Pekerjaan: Peneliti di Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC)
- Status: Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor
- Email: yesisupartoyo77@gmail.com
- Nomor ponsel: +6282189561289
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Kompetisi Menulis “Cerita Pengalaman Kepedulian terhadap Air Jakarta” oleh PAM JAYA #PeduliAirJakarta. Ayo peduli!