Ragam solusi dan inovasi terkait bidang infrastruktur banyak bertebaran di sekeliling kita, baik itu tentang jalan, jembatan, rumah, pelabuhan, gedung, fasilitas air, bencana alam dan lainnya yang sekiranya bermanfaat di masa depan. Dan khusus untuk artikel kali ini, bahasan soal bangunan dan fasilitas air akan menjadi ulasan tersendiri (re: spesial) karena pembahasannya tidak hanya ditunjang oleh data lapang sebagai bentuk reportase, pun disajikan berdasar kajian ilmiah (literature review) yang dibumbui isu spasial kewilayahan. Check it out!
Awal mulanya berangkat dari latar belakang permasalahan dimana kebanyakan kota memiliki mekanisme perencanaan tata guna lahan yang kurang baik, sehingga perlu adanya infrastruktur yang tepat guna menghadapi tantangan yang ada semisal konstruksi yang membutuhkan investasi besar. Karena pada dasarnya, sebuah kota yang makmur akan memfasilitasi akses yang adil kepada “the commons” termasuk diantaranya infrastruktur publik.
Pada Supartoyo dan Kasmiati (2013a), telah diulas kaitannya dengan solusi seiring inovasi tentang infrastruktur di masa depan yaitu mengenai konsep “Skyfarming”. Kami rasa ini merupakan konsep alternatif green building guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan khususnya pembangunan masa depan kota di Indonesia.
Seperti yang kita pahami bersama bahwasanya pembangunan atas dasar perhitungan ekonomi semata terkadang abai terhadap kondisi lingkungan sehingga banyak kota yang keberlanjutannya terancam. Sehingga konsep pembangunan vertikal mau tidak mau harus mengusung konsep “green building” yang menggabungkan konsep gedung vertikal dan ruang terbuka untuk bercocok tanam sehingga selain dapat mengatasi krisis pangan, pun mampu mensiasati minimnya lahan di daerah perkotaan guna menciptakan kota hijau yang mandiri pangan. Konsep ini diyakini sebagai desain futuristis dan optimis di masa depan. Konsep ini juga dipercaya sebagai desain yang ramah lingkungan dan tidak hanya isapan jempol belaka. Toh, banyak Negara Maju semisal Jepang dan Singapura telah menerapkannya. Tentu Indonesia bukan tidak mungkin akan mampu menerapkannya juga pada pelbagai bangunan tanah air.
Awal mulanya berangkat dari latar belakang permasalahan dimana kebanyakan kota memiliki mekanisme perencanaan tata guna lahan yang kurang baik, sehingga perlu adanya infrastruktur yang tepat guna menghadapi tantangan yang ada semisal konstruksi yang membutuhkan investasi besar. Karena pada dasarnya, sebuah kota yang makmur akan memfasilitasi akses yang adil kepada “the commons” termasuk diantaranya infrastruktur publik.
Pada Supartoyo dan Kasmiati (2013a), telah diulas kaitannya dengan solusi seiring inovasi tentang infrastruktur di masa depan yaitu mengenai konsep “Skyfarming”. Kami rasa ini merupakan konsep alternatif green building guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan khususnya pembangunan masa depan kota di Indonesia.
Seperti yang kita pahami bersama bahwasanya pembangunan atas dasar perhitungan ekonomi semata terkadang abai terhadap kondisi lingkungan sehingga banyak kota yang keberlanjutannya terancam. Sehingga konsep pembangunan vertikal mau tidak mau harus mengusung konsep “green building” yang menggabungkan konsep gedung vertikal dan ruang terbuka untuk bercocok tanam sehingga selain dapat mengatasi krisis pangan, pun mampu mensiasati minimnya lahan di daerah perkotaan guna menciptakan kota hijau yang mandiri pangan. Konsep ini diyakini sebagai desain futuristis dan optimis di masa depan. Konsep ini juga dipercaya sebagai desain yang ramah lingkungan dan tidak hanya isapan jempol belaka. Toh, banyak Negara Maju semisal Jepang dan Singapura telah menerapkannya. Tentu Indonesia bukan tidak mungkin akan mampu menerapkannya juga pada pelbagai bangunan tanah air.
Di sisi lain, Indonesia tentu tidak kalah hebatnya karena telah memiliki perwujudan konsep yang luar biasa terkait dengan solusi seiring inovasi infrastruktur masa depan. Sebut saja, di bilangan Epicentrum Walk Rasuna Said Kuningan – Jakarta Selatan, kita akan dapat menemukan Galeri Botol dimana bangunan ramah lingkungan tersebut dibentuk dari sekumpulan botol bekas daur ulang. Epic!
dok: pribadi
Masih soal bangunan, tempo hari Mei 2015 saya mengikuti kegiatan berupa Kolokium “Mengupas Penerapan Teknologi Hasil Litbang Bidang Permukiman” yang diadakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerjasama dengan media online Kompasiana, berlokasi di wilayah Bandung – Jawa Barat khususnya di Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Dalam kesempatan yang baik tersebut kami berkesempatan melakukan kunjungan untuk mengamati ragam inovasi teknologi guna mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan dengan rumusan 100 – 0 – 100 (100 persen akses air minum - 0 persen kawasan kumuh - 100 persen akses sanitasi untuk masyarakat). Tahun 2016 kali ini, Balitbang Kementerian PUPR kembali menghelat Kolokium bertema “Inovasi Teknologi Mendukung Pembangunan Infrastruktur yang Berkualitas” di Jakarta pada Maret silam.
Graha Wiksa Praniti, Bandung - Jabar (dok: pribadi)
dok: pribadi
Kami pun berkesempatan mengunjungi Multipurpose Building, yang menjadi percontohan bangunan tahan gempa. Rumah tersebut dikenal dengan sebutan Rumah Instan Sederhana Sehat alias RISHA (bukan Raisa, ya). Rumah ini merupakan rumah prefabrikasi dengan sistem knock down mahakarya Balitbang PUPR.
Adapun hal ini mencerminkan program yang diusung pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR guna mewujudkan solusi seiring inovasi infrastruktur terbaru masa depan berbasis potensi daerah. Tema khusus program/proyek ini ialah “Incubation of Construction Business for Underprivileged Families”.
dok: pribadi
dok: pribadi
Tidak hanya itu, kami juga meninjau unit IPAL Biofilter Komunal berbasis Daur Ulang di lokasi Hibrid Taman Sanita di Cimanggung, Kab. Sumedang. Betapa takjubnya saya karena bangunan yang berbasis sanitasi masyarakat ini berada di tengah permukiman padat penduduk dan sangat terjaga kebersihannya.
dok: pribadi
dok: pribadi
Kami juga melakukan pengamatan Model Instalasi Pengolahan Air dimana air yang dimanfaatkan berupa air sungai. Adapun pengelolaan air dimaksud mengalami proses penyulingan yang cukup panjang hingga siap minum. Air yang berasal dari sungai harus melalui bak penampung terlebih dahulu sebelum masuk ke tangki filtrasi, kemudian menuju bak penampung lagi hingga tiba di unit membran, lalu siap untuk diminum.
dok: pribadi
dok: pribadi
dok: pribadi
dok: pribadi
dok: pribadi
Selanjutnya, kaitan antara solusi seiring inovasi infrastruktur dengan isu spasial kewilayahan sebagaimana yang diulas dalam Supartoyo dan Kasmiati (2013b) dimana kami menyajikan konsep Pendekatan Integrated Coastal Zone Management (ICZM) yang diperuntukkan dan disesuaikan dengan potensi daerah yaitu khususnya Kota Hijau Pesisir Tropis Berkelanjutan. Tujuannya ialah menumbuhkembangkan solusi seiring inovasi infrastruktur terbaru masa depan guna terciptanya Resilient Coastal City.
Sumber: Trujillo dan Mouthon (2013) dalam Supartoyo dan Kasmiati (2013b)
Dilatarbelalakangi oleh beragam ancaman lingkungan yang ada di depan mata, khususnya bagi wilayah pesisir. Untuk menghadapi ancaman pengelolaan wilayah pesisir di masa yang akan datang demi mencapai Resilient Coastal City, diperlukan beberapa konsep yang penting untuk diterapkan diantaranya yaitu:
- Konsep metrofitting yaitu dengan menggunakan lahan kosong yang diperuntukkan untuk beberapa hal. Misal, pengelolaan sampah dan pengoptimalan infrastruktur
- Infrastruktur hijau dan zonification hijau di kota yang melibatkan perencanaan untuk melestarikan daerah yang rentan isu strategis di masa depan
- Jejak ekologis yang menghitung biaya dan sumber daya lain untuk jasa lingkungan di kota pesisir; dan
- Pembiayaan hijau, termasuk konsep biaya dan manfaat kota dari aspek lingkungan
Penerapan konsep ICZM ini merupakan bentuk perencanaan strategis yang holistik dalam penetapan peraturan kawasan agar memudahkan para stakeholder terkait dalam mengambil keputusan. Peran penting ICZM ialah dalam upaya membangun kerangka regulasi dan kebijakan yang dikombinasikan dengan program serta proyek dalam rangka perwujudan inisiatif secara efisien.
Perencanaan di kota pesisir tentunya harus memperhitungkan prinsip ICZM yang seiring sejalan dengan visi kota hijau yang nantinya akan mampu menciptakan kota pesisir berkelanjutan. Harapannya masyarakat akan mampu menikmati standar hidup yang tinggi, kemakmuran ekonomi, kesehatan fisik serta lingkungan yang terawat.
Evaluasi ICZM di Indonesia dapat digunakan sebagai hasil awal untuk mengambil langkah lanjut terhadap kelemahan pelaksanaan ICZM dalam rangka memperoleh ICZM tertentu yang sesuai dengan karakteristik pesisir dan lautan di Indonesia. Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam proses ICZM diantaranya ialah pendekatan partisipatif. Pendekatan ini menjadi model pembangunan masa kini yang memberikan ruang kepada masyarakat ataupun komunitas guna terlibat dan mengambil peran dalam proses pembangunan.
Konsep ICZM pun dapat dipadukan dengan pertumbuhan hijau yang menjadi konsep penting dalam membangun kota pesisir yang tangguh dengan harapan agar terwujud kehidupan masyarakat yang berkualitas, sehat, sejahtera dan memiliki lingkungan hidup yang lestari. Jadi, semacam green growth in urban coastal zones.
Seiring sejalan dengan kegiatan Balitbang PUPR yang mengusung tema “Dengan Inovasi Sains dan Teknologi Kita Percepat Pembangunan Infrastruktur menuju Masyarakat Sejahtera” guna meningkatkan kompetensi SDM dan terus berupaya menciptakan inovasi sains dan teknologi khususnya di bidang infrastruktur dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, tentu pemahaman konsep maupun reportase lapang yang ditampilkan ini diharapkan dapat sedikit memberi secercah harapan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Besar harapan semoga kedepan semakin banyak yang termotivasi dan lebih banyak pula bermunculan inovasi sains dan teknologi terbaru dari Balitbang PUPR yang tentunya lebih berkualitas, lebih murah (dan tentunya tidak murahan) serta lebih aplikatif agar dapat meningkatkan daya saing produk industri barang dan jasa di Indonesia guna menghadapi persaingan pasar bebas (globalisasi).
Referensi:
- Supartoyo, YH., Kasmiati. 2013a. Skyfarming: Konsep Alternatif Green Building Menuju Pembangunan Berkelanjutan.[Tidak Dipublikasikan]
- _____________________. 2013b. Pendekatan Integrated Coastal Zone Management untuk Kota Hijau Pesisir Tropis Berkelanjutan di Indonesia. [Tidak Dipublikasikan]
- http://litbang.pu.go.id/beranda/post/balitbang-sepekan-dalam-pekan-inovasi-sains-dan-teknologi
Cat: Penulis merupakan Mahasiswa Doktoral Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Penulis pernah terlibat kerjasama dengan beberapa instansi pemerintah diantaranya terlibat kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam Project Monitoring and Evaluation DAK dan TPOP. Penulis juga pernah menjadi narasumber ahli di BPAD Provinsi DKI Jakarta dan menjadi Tenaga Ahli Anggota Dewan di DPR RI. Saat ini penulis sedang terlibat kerjasama dengan Kementerian Perindustrian RI dalam Project One Map Policy.
Nb: Tulisan diikutsertakan dalam Kompetisi Blogging Balitbang PUPR
Salam kenal Bu Yesi Hendriani Supartoyo, saling sapa dan kenal antar Peserta Kompetisi Blogging Balitbang PUPR. hehe
BalasHapusTerimaksh salam kenal
HapusTerimaksh salam kenal
HapusTerimaksh salam kenal
Hapus