Sebagaimana
penjelasan ayat yang termaktub dalam QS.
Al Mujadila:11 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Betapa
dalam agama sangat menghormati orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Melalui
bentuk penghargaan dan apresiasi berupa janji yang pasti untuk ditinggikan
derajatnya karena seseorang itu berilmu dan memiliki pengetahuan. Janji Allah
tidak akan pernah ingkar, bukan?
Menuntut
ilmu merupakan suatu kewajiban bagi tiap umat manusia dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan. Sumbernya pun beragam dan salah satunya melalui proses membaca. Perpustakaan
seharusnya mampu menjadi wadah atau media pembelajaran yang dapat mentransfer
ilmu pengetahuan kepada khalayak luas. Kendati terdapat beragam kendala yang
ditemui di lapangan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kelemahan yang kita
hadapi ialah upaya untuk membaca yang tidak didukung oleh salah satunya ketersediaan
buku yang mudah dijangkau. Hal ini tentu tidak bisa sekedar menjadi misi mulia
yang hanya diemban oleh perpustakaan seorang diri saja tapi juga patut dilakoni
multi pihak melalui bantuan yang mampu memperluas sasaran program minat baca. Data
menunjukkan bahwa kondisi minat baca masyarakat Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Berdasarkan indeksi nasional, tingkat minat baca masyarakat
Indonesia berkisar hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks tingkat membaca di Negara-negara
maju berkisar antara 0,45 – 0,62.
Salah
satu solusinya yaitu paradigma perpustakaan harus diubah. Selama ini
perpustakaan terkesan kurang menarik sehingga sangat minim pengunjung. Paradigma
bahwa perpustakaan menjadi tujuan untuk belajar harus ditanamkan di benak
masyarakat sedini mungkin. Intinya, harus ada perubahan yang signifikan dan
inovatif terkait dengan kemasan perpustakaan.
Pada
2015 silam, Tim Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi II DPR RI meninjau arsip dan
perpustakaan di Aceh. Tim Kunker melakukan peninjauan salah satunya ke Badan
Arsip dan Perpustakaan Aceh. Hasil kunjungan menyimpulkan bahwa pengarsipan
sudah sangat baik, sangat progresif dan diharapkan kedepannya bisa lebih baik
lagi dan menjadi percontohan atau pilot
project bagi arsiparis di daerah lain. Kendati masukan berupa usulan agar
lebih aktif dalam mencari data mengenai kearsipan yang akan mengakuisisi data
dan arsip penting lainnya juga tetap perlu terus dilakukan. Upaya penyelamatan
arsip bila terjadi bencana juga tidak luput menjadi perhatian. Aceh semakin
memegang peranan. Sehingga melalui upaya yang dilakukan oleh pihak Kampus Unsyiah
(Universitas Syiah Kuala) diantaranya melalui peningkatan kualitas PustakaUnsyiah Library berbasis e-library patut diacungi jempol. Perpustakaan yang
beralamat di Jalan T. Nyak Arief Kampus Unsyiah Darussalam, Banda Aceh ini terus
berbenah.
Visi dan Misi Perpustakaan Unsyiah
(Sumber:Youtube)
Berikut
merupakan tampilan Home dari Perpustakaan
Unsyiah dimana layanan elektroniknya terdiri dari Local Content dan Jurnal and
Text.
Selanjutnya,
masuk ke Portal Aplikasi Unsyiah
Integrated Library Information System (UILIS) yang merupakan portal
perpustakaan Unsyiah hasil rancangan UPT Perpustakaan unsyiah. Merupakan satu
bentuk pengejawantahan Pustaka Unsyiah Library.
Layanan elektronik berupa Local Content tampil dengan penampilan yang menarik sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Sedangkan Database elektronik yang dilanggan oleh Unsyiah/Dikti/PNRI disajikan dalam tampilan yang tidak kalah menarik, seperti di bawah ini:
Adapun
program Pengusulan Buku 2016 yang membuka kesempatan bagi para dosen maupun
mahasiswa untuk mengusulkan buku yang akan dibeli di tahun 2016 dengan beberapa
ketentuan terkait. Hal ini membuktikan bahwa reformasi birokrasi dan juga upaya
berinovasi dalam mekanisme sistem terus dilakukan oleh pihak Pustaka Unsyiah
Library. Keterbukaan pun menjadi modal utama yang dapat diamati melalui
pelaporan buku yang telah dipesan tahun sebelumnya yaitu 2015 baik yang sudah
terbeli maupun yang belum terbeli.
Tidak
cukup sampai disitu, Pustaka Unsyiah Library pun terus berinovasi dengan membuka
Kelas Literasi Informasi. Dimana kelas ini merupakan pelatihan untuk
mempersiapkan mahasiswa, dosen dan karyawan Unsyiah sehingga memiliki kemampuan
untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam menentukan, mengevaluasi serta
menggunakan informasi melalui sumber informasi yang dikelola oleh Perpustakaan
Unsyiah baik berupa tercetak maupun digital (offline maupun online). Pelatihan
Kelas Literasi Informasi ini terdiri dari Kelas Reguler dan Kelas On-Demand
yang bebas biaya alias tidak dipungut biaya sepeser pun alias GRATIS! Mengusung
jargon Knowledge is FREE at our library,
so just bring your container, benar-benar
menjadi pembuktian nyata bahwa ke perpustakaan selalu menyenangkan hati.
Terobosan Pustaka Unsyiah Library pun terus berlanjut tiada henti. Buktinya pada 4 April mendatang akan diadakan event yang menghadirkan Travelog Spiritual Muhammad Kamil, sang pengarang buku dan motivator asal Malaysia. Pengetahuan rasa-rasanya memang benar-benar GRATIS di Pustaka Unsyiah.
Berangkat
dari pengalaman saya terlibat dan bekerjasama dengan pihak instansi pemerintah
yaitu Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta dalam
project e-learning yaitu Jakarta E-Learning dan Jakartapedia pada 2014 silam, membuat
saya semakin menyadari tentang makna penting “Knowledge is Free”. Ilmu
pengetahuan harus mudah diakses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Pembelajaran
berbasis media online atau elektronik semakin marak dilakukan. Hal ini tentu
menjadi suatu bentuk kemudahan akses bagi tiap elemen masyarakat yang tentunya mampu meningkatkan tingkat kemampuan literasi masyarakat.
Saya
pribadi sangat mengapresiasi kerja keras yang dilakukan pihak Kampus Unsyiah
melalui penggunaan teknologi dan e-library nya yaitu Pustaka Unsyiah Library. Ke
depan tentunya tetap diperlukan pembenahan di berbagai lini terkait dengan
peningkatan performa dari e-library itu sendiri dalam hal ini Pustaka Unsyiah
Library. Terkait pelayanan sebagaimana
diperoleh dari hasil voting (Kamis, 10 Maret 2016) memberikan hasil bahwa 71
persen masih menggambarkan pelayanan yang buruk, 24 persen memberikan hasil
memuaskan dan sisanya 5 persen memberikan hasil kurang memuaskan. Pustaka Unsyiah Library perlu terus membenahi diri dan memberikan yang terbaik.
Oya, kebetulan
pada 2013 silam, artikel tulisan saya terpublikasi di salah satu jurnal
kenamaan yang terakreditasi. Saya lantas mencoba search engine dan mencari judul artikel tersebut yang ternyata juga
telah dengan mudahnya dapat diakses di Pustaka Unsyiah Library. (Minimal kendati belum pernah ke Aceh tapi tulisannya sudah berkesempatan terpajang di etalase Perpustakaan Unsyiah, really an honour!)
Sebagai bentuk apresiasi melalui saran dan masukan bahwa kemudahan
akses terkait informasi dapat diperoleh melalui e-library yang open access alias tidak berbayar. Semua bebas
mengakses secara gratis dan mendownload tanpa dikenakan biaya sepeser pun. Peniadaan
pembebanan biaya administrasi seperti ini tentu saja sangat membantu,
memudahkan dan dapat menunjang percepatan penyebaran ilmu pengetahuan.
Cat: Penulis ialah Mahasiswa
Pascasarjana Program Doktor di Institut Pertanian Bogor, pernah menjadi
Narasumber Ahli di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI
Jakarta (2014 – 2015), bertugas sebagai Peneliti di Bidang Ekonomi untuk
Project Jakarta e-Learning.
Nb:
Tulisan diikutsertakan dalam Lomba Blogger Unsyiah Library Fiesta