Februari.
Menjadi bulan yang sangat spesial karena penuh dengan inspirasi,
khususnya di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Bukan sekedar karena
Februari dikenal dengan bulan kasih sayang, bukan pula karena saya lahir dan
dibesarkan di daerah ini, apalagi beralasan karena Putri Indonesia 2016
terpilih berasal dari Provinsi Sulawesi Utara. Bukan! Melainkan
karena pada tanggal 14 Februari, Kota Manado memperingati Peristiwa
Merah Putih 1946.
Tidak hanya terkenal dengan aksi heroik, Manado juga dikenal akan keberagaman
budayanya yang sangat multietnis. Sama halnya dengan Indonesia yang sangat
multikultural, beragam etnis, agama dan budaya ada disini. Inilah bukti ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an yang kita anut. Keberagaman inilah yang lantas membuat kita
menjadi begitu indah.
Masyarakat Manado dikenal dengan
istilah Warga Kawanua. Dalam bahasa daerah suku Minahasa, Kawanua sering
diartikan sebagai Penduduk Negeri. Seiring perkembangan jaman, kata Kawanua sering
digunakan bagi para masyarakat Manado yang tinggal di luar Kota Manado atau
tinggal jauh dari Kota Manado.
Provinsi Sulut terkenal akan semboyan Torang
Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara). Hal ini dibuktikan dengan
hidup secara rukun dan berdampingannya beberapa golongan agama seperti Kristen,
Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun, dari keanekaragaman
tersebut Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan
golongan.
Provinsi Sulut juga terkenal dengan jargon ungkapan Si Tou Timou
Tumou Tou, yang memiliki makna manusia hidup, tumbuh dan
berkembang untuk menjadi manusia seutuhnya, dimana inti dari falsafah ini
adalah bagaimana kiat hidup serta cara pandang hidup yang mampu dijiwai untuk
mengarahkan kehidupan manusia dalam berperilaku untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkualitas. Ungkapan ini
mengandung makna mendalam yang mendasari perilaku masyarakat yang menjadi
prinsip hidup sebagai pengarah dalam cara berperilaku.
Pada ungkapan Si Tou Timou
Tumou Tou dapat ditarik konsep Manusia Hidup untuk
Memanusiakan Orang Lain. Dalam realitas kehidupan manusia khususnya suku
Minahasa, lantas mewujud dalam etos kerja Mapalus. Budaya Mapalus merupakan
sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu
dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya
Mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Budaya Mapalus
juga dikenal sebagai local spirit dan local wisdom masyarakat
di Minahasa.
Suasana pagi hari ketika itu begitu hangat dan penuh semangat baru. Sambil berjalan kearah kebun yang akan diolah, mereka berteriak memanggil nama saudara atau tetangga untuk turut serta ke kebun. Kadang-kadang terjadi dialog pendek antar mereka, dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke perkebunan. Selama bekerja mereka sangat serius, tak ada senda gurau yang terdengar. Semua serius pada tugas yang harus diselesaikan. Celoteh senda gurau akan terdengar saat mereka istirahat dan pulang ke rumah masing-masing.
Demikian gambaran singkat Budaya Mapalus sebagaimana dikutip
dari buku Ingat(!)an: Hikmat Indonesia Masa Kini, Hikmah Masa Lalu
Rakyat, terbitan Kanisius. Begitu damai dan menenteramkan bukan?
Pada awalnya Budaya Mapalus berkembang di bidang pertanian (sesuai
aktivitas hidup masyarakat yang adalah petani), dimana saat itu belum ada buruh
tani sehingga pekerjaan lahan pertanian harus digarap oleh pemilik pertanian. Budaya Mapalus
alias gotong royong di Minahasa khususnya dikenal sebagai kerja sama dengan menjual
tenaga pribadi. Berdasarkan kenyataan empiris, budaya Mapalus dapat
dipahami sebagai suatu sistem kerja sama dengan dasar tolong menolong antara
beberapa orang, maupun kerjasama sejumlah warga suatu masyarakat untuk
kepentingan umum.
Pekerjaan dalam pertanian merupakan basis dari aktivitas gotong royong
(Mapalus) tadi. Namun, tolong menolong itu diaktifkan juga dalam lapangan
kehidupan lain, misalnya menghadapi kedukaan, pesta, sekitar rumah tangga,
koperasi, dll. Seperti pada masyarakat lainnya di Indonesia, gotong royong
memang merupakan suatu nilai dalam sistem budaya orang Minahasa. Terdapat empat
asas pelaksanaan Budaya Mapalus yaitu kekeluargaan,
musyawarah, kerja sama serta keagamaan dan lima prinsip dalam segi
pengelolaan kehidupan Budaya Mapalus yaitu tolong menolong,
keterbukaan, disiplin kelompok, kebersamaan dan daya guna atau hasil guna.
Kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan terjadinya perilaku
individualis, maka prinsip-prinsip yang terkandung dalam Budaya Mapalus
dapat menjadi pembendung yang efektif. Budaya Mapalus dalam kehidupan
Masyarakat Minahasa berperan sebagai pengarah perilaku masyarakat karena
mengandung makna toleransi atau saling menghargai, kerjasama atau saling
membantu serta tidak merugikan orang lain.
Budaya Mapalus yang pada dasarnya merupakan penjabaran dari
falsafah Si Tou Timou Tumou Tou ialah suatu aktivitas
kehidupan masyarakat dengan sifat gotong royong (kerja sama). Gotong royong
merupakan nilai budaya bangsa yang masih banyak dijumpai pada masyarakat yang
mempunyai ikatan kekeluargaan dan kepercayaan yang sama. Budaya gotong royong
merupakan ciri khas dan pandangan hidup yang sudah turun temurun.
Budaya Mapalus
mengandung makna suatu sikap dan tindakan keharusan untuk beraktivitas dengan
mempersatukan kekuatan dan kepandaian setiap masyarakat untuk memperoleh suatu
hasil yang optimal. Budaya Mapalus dianggap sebagai aktualisasi yang
paling konkret tentang makna hakiki Si Tou Timou Tumou Tou, yang
dapat dilihat dari sifat sosial budayanya sebagai sumber adat kebiasaan
masyarakat. Konsep Budaya Mapalus diharapkan dapat
dipelihara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikianlah perspektif
budaya, tentang bagaimana melihat budaya sebagai sesuatu yang mengandung
nilai-nilai luhur. Semoga bermanfaat. Inga-inga, Ting!
Sumber:
- Ingat(!)an: Hikmat Indonesia Masa Kini, Hikmah Masa Lalu Rakyat
(2005). Penerbit: Kanisius
- Melalatoa, MJ (1995). Ensiklopedia Suku Bangsa Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
- Putra, MS. (2015) Essence: Jurnal Seni Desain Komunikasi ISSN
2640-4470
- http://www.sulutprov.go.id/seni-dan-budaya.html#
- http://www.seputarsulut.com/kebudayaan-di-sulawesi-utara/
- http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/03/kebudayaan-sulawesi-utara.html
nb: tulisan ini diikutsertakan dalam Gramedia
Blogger Competition
Tidak ada komentar:
Posting Komentar